Thursday, July 12, 2012

Sebuah Konsep Ummah

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, dan nasehat-menasehati dalam kesabaran.”
Membangun masyarakat yang benar-benar ideal memang selalu menjadi harapan bagi setiap pemerintahan di suatu wilayah. Menetapkan kriteria masyarakatnya maupun model-model manusia yang menghuni wilayah tersebut tentu saja menjadi langkah awal, sebagai acuan untuk kemudian mewujudkan masyarakat yang benar-benar ideal.
Akan tetapi bukan hal yang mudah untuk mewujudkan masyarakat ideal sesuai harapan. Tidak ada sebuah keinginan besar yang bisa dicapai langsung cepat seperti instan. Karena tentulah memerlukan konsep yang jelas, perencanaan, targetan-targetan, dan tujuan berjangka panjang. Misalnya saja disini kita ambil contoh Indonesia.
Kondisi masyarakat di Indonesia belum bisa dikatakan ideal. Di beberapa hal masih banyak yang perlu diperbaiki maupun dirombak, diatata ulang dari awal lagi. Entah itu yang masih perlu diperbaiki dari sisi kesejahteraannya, moralnya, pendidikan, dsb.
Untuk itulah disini penulis berusaha merumuskan beberapa hal untuk pada akhirnya bisa membentuk masyarakat yang benar-benar ideal, dan pada akhirnya mendekati masyarakat Madinah yang madani dan munawwarah. Yaitu dengan melalui beberapa pertanyaan yang nantinya menggiring ke sebuah konsep, yaitu menuju ke masyarakat yang benar-benar berislam secara seutuhnya.
Pertama, yang kita butuhkan, kenapa kita harus membentuk masyarakat yang ideal? Nah, karakter-karakter atau bentuk manusia atau hal-hal apa saja yang harus dimiliki setiap individu di dalamnya? Jangan pernah lupakan juga, untuk nantinya bisa menuju masyarakat yang ideal itu tahapan-tahapan seperti apa sih yang harus dilalui? Hingga kemudian yang terakhir, masyarakat yang ideal dari sudut pandang Islam itu yang seperti apa?

Mengapa kita harus membentuk masyarakat?
Masyarakat, adalah unsur paling penting dan mendasar dalam mengukur kehebatan suatu negara atau kemajuan suatu zaman. Dan kalau dipikir oleh orang awam sekalipun, untuk apa suatu bangsa atau negara menjadi hebat dan makmur tanpa ada orang yang menikmatinya? Kemudian, bagaimana membangun suatu wilayah tanpa ada masyarakat di dalamnya? Bukankah masyarakat alias penduduk adalah salah satu pra-syarat membentuk suatu negara?
Masyarakat merupakan modal dasar, SDM yang akan membangun, sekaligus yang menjadi tolok ukur perkembangan nantinya. Dalam hal ini, kita ingin membentuk dari sudut pandang Islam, yaitu membentuk masyarakat yang benar-benar Islam ada pada dirinya. Sehingga nantinya ketika jiwa Islam sudah benar-benar terpatri dalam jiwanya, pesona Islam akan kembali bangkit menuju ke masa kejayaannya membentuk lagi khilafah Islamiyah.
Karakter muslim
Seorang muslim yang diharapkan dapat membangun kembali kejayaan Islam adalah muslim yang memilki ciri diantaranya berdasarkan buku “Delapan Mata Air Kecemerlangan” adalah:
1.       Konsep diri yang jelas dan kuat
Yaitu menghindarkan diri dari sifat taqlid buta. Disini kita membangun kesadaran yang mempertemukan antara kehendak Alloh dengan kehendak-kehendaknya. Ada ruang unik pribadi namun mampu bersanding dengan idealisme Islam serta realitas kemampuan pribadinya. Selalu pertahankan optimisme dan kegembiraan jiwa sehingga menjaga keistiqomahan dari azzam.
2.       Keluhuran sifat
Musthafa Shadiq Ar Rafi’I berkata, “Seandainya filosof terbesar di dunia diminta untuk meringkas solusi problematika kemanusiaan dalam dua kata, niscaya dia tidak akan mengatakan lebih dari dua kata ini: keteguhan akhlak.”
3.       Kontribusi
Adanya kita dalam lingkungan social tidak boleh terhenti pada tahap partisipasi. Harus ada usaha yang lebih jauh yaitu berkarya yang maksimal di luar dari kompetensi inti kita, untuk bersama-sama menuju tujuan.
Setelah mempunyai kriteria seperti apa masyarakat atau individu di dalamnya, yang patut kita persiapkan dan perhatikan selanjutnya adalah proses apa saja yang harus dilewati menuju masyarakat yang kita harapkan.
                Proses tersebut dimulai dari lingkup terkecil kemudian menuju ke lingkup yang lebih besar. Yaitu:
1.       Memenuhi perkara-perkara penting namun terlihat simple, yaitu memperhatikan hak-hak orang-orang di sekeliling kita.
2.       Menjauhi perkara-perkara yang diharamkan.
3.       Menumbuhkan jiwa kepemimpinan sejak masih kecil.
4.       Memperhatikan bagaimana kita menunaikan amanah.
5.       Mensyukuri setiap nikmatNya.
6.       Mengingat hakikat manusia.
Proses tersebut terlihat simple, namun ketika benar-benar ditanamkan di dalam hati, maka akan bisa memunculkan masyarakat dengan individu-individunya yang kuat dalam azzam, ibadahnya lurus, berhati ikhlas, dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan umat.

“Dan sungguh telah kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulisi dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasannya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (Al-Anbiya : 105)

No comments: