Saturday, May 11, 2013

Bukan untuk Dibaca


Pernah baca buku ini? Atau sekedar dengar judulnya, atau barusan tau? Apalah..tidak masalah.
Yak, dilihat dari covernya sudah mengundang kontroversial nih. Hardcover warna hitam dengan judulnya yang ditulis besar-besar "bukan Untuk dibaca". Nah, lho? Maksud lohh??
Masak nerbitin buku tapi malah nyaranin bukan untuk dibaca? haha. Yah, memang itulah yang dijual buku ini, kawan. Dengan judul yang unik dan perwajahan buku yang elegan, sepertinya memang untuk tujuan unik buku ini diterbitkan. Berisi kumpulan kisah-kisah inspiratif dari berbagai sumber, Deassy si penulisnya ingin mengajak kita merefleksikan keseharian kita dan apa saja yan ada di sekitar kita. Menginspirasi, menghibur hati yang sedang butuh 'diobati', sampai kisah yang begitu mengharu-biru. Dan akhirnya setiap pembaca yang telah membuka lembaran-lembaran kisah di dalam buku ini akan mengiyakan judul bukunya yang cukup menggelitik.
Karena memang buku ini "bukan Untuk dibaca", tapi juga diselami maknanya, kemudian aplikasikan dalam keseharian sesuai tempatnya masing-masing. Buku yang menarik, selamat membaca! :)

Cerita Kecil si Anak Kecil

Ngebaca judulnya sekilas...apaan sih itu? Gag ada foto anak kecilnya, tuh. Mana yang punya blog kan juga gag punya adek kecil (maklum anak bungsu). Jadi, maksudnya?
Maksudnya..........................ini sebagai ungkapan kegalauan saya saja. Haha
Hari ini, H-2 saya akan melakukan Praktek Kerja alias KP (dibaca: Ka-Pe). Yang pasti bukan Kebijakan Publik, kawan. Tapi ini adalah salah satu bagian yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di Fakultas Teknik UNDIP. Tertulis jelas, ada di dalam kurikulum. Syukurnya, di jurusanku gag pake acara Seminar KP segala setelah KP.nya selesai.
Nah, back to topic lagi. Ceritanya saya sekarang sedang galau, mencoba membayangkan sebenarnya KP itu seperti apa? Namun berkali-kali mencoba membayangkan, sambil sesekali membolak-balik masteran laporan KP, tetep...I can't imagine what!! Parah, saya pun mulai panik. Denger-denger pasang telinga sana-sini, katanya KP itu enak. Tinggal datang, mengamati, kalau ada yang mau ditanyain ya tanya aja. Kalau ada yang bisa dibantu, ya dibantu. Kalau egag? Kalau egag katanya ya ngobrol-ngobrol aja sama orang di lokasi proyek itu.
Walhasil, saya semakin kalang kabut. Mengamati? Bisa. Tapi kalau kelamaan mengamati tanpa tujuan, secara otomatis otak saya mengirim sinyal untuk bereaksi pusing. Tanya-tanya gimana? Dalam hati saya mau bilang, TANYA itu 6 hari lagi men! Maksudnya TAfakur AlamNYA anak teknik. Hehe. Lah..gimana mau tanya? Di kelas saja masih bingung, belum bisa mencerna seperti apa sipil itu, harus ngapain orang yang kuliah di sipil itu? Parah, nih. Inilah yang saya maksud saya masih anak kecil :(
Masih antara galau, takut, dan penasaran. Mana yang akan menang? Berharap banget si "penasaran" yang akan menang. Bukan bermaksud menghadirkan Kapephobia, cuma curhatan dikit aja buat mengurangi calon phobia. Kembali mencoba membolak-balik ilmu yang udah didapat yang lalu-lalu. Semoga gag ada yang sia-sia :) *mencoba menyemangati diri*
Menyerah? Gag boleh, lah! Menyerah itu buat yang gag punya masa depan. Kalau aku, selama usia masih diberikanNya kepadaku, selama itu masa depan masih terbentang. Insya Allah..

tambahan...
Udah deket nih Ramadhan, 2 bulan kurang dikit. Sekarang udah tanggal 1 Rajab, lho :)

Bismillah..Allah pasti kan bersama kita.

Saturday, May 4, 2013

Seberapa Peduli, Seikat Kata Dirajut Makna

Ingatan manusia itu ada limitnya. Kebentur apa sedikit, langsung gag ingat sama sekali, atau lupa beberapa saat. Ingatan manusia itu mudah digoyahkan dalam lisan. Maksudnya? Ya, mungkin ada seorang yang dia mempunyai ingatan yang sangat kuat misal tentang “X”, akan tetapi karena dia kemudian beralih lingkungan, bertambah pemikiran, atau bahkan hanya sekedar karena sedang badmood, ketika dicek mengenai “X”, lisannya tidak totalitas mengatakan tentang “X”, tapi boleh jadi terkontaminasi atau terpotong menjadi “Y”. Haha, hanya teori pribadi berdasar pengalaman saja. Karena mungkin hanya anak kecil di bawah 7 tahun saja yang mengatakan “X” adalah “X” yang sesuai ingatannya. Karena mereka masih polos, jujur, objektif yang sebenarnya.
Ya, sebentuk prolog di atas yang menjadi alasan saya ingin menulis ini. Walaupun mungkin “X” telah menjadi “Y”, dan terpotong-potong di tengah jalan kalimatnya, tapi apa salahnya nge-rewrite, siapa tahu nantinya akan bermanfaat. Ilmu yang dipendam untuk diri sendiri, ya kemungkinan kecil akan menjadi ilmu yang kontinu, apalagi ilmu yang dipendam untuk diri sendiri, dan dibiarkan hanya mengawang-ngawang di ingatan. Karena kata Ali bin Thalib, “Ikatlah ilmu dengan mencatatnya”. Bakal terikat, dan suatu saat insya Allah bermanfaat. Iya kan?
Hari itu, sekitar 1 bulan yang lalu, melakukan percakapan dan diskusi yang lebih mirip dengan curcol. Diantaranya:
1.       Manajemen Diri
Ditanya saya mengenai manajemen diri selama ini sehari-hari. Yah, nasib memang nasib. Saya bukanlah orang ekstrovert yang dengan mudahnya menceritakan segala sesuatu. Jadi saya butuh dipancing untuk mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya sudah menari-nari di benak saya. Agak acak ini ingatan saya. Dalam sehari, ada berapa agenda yang harus kita selesaikan? Kalau kita orang pelupa, sebaiknya memakai catatan atau reminder di hape sebagai pembantu ingatan, apalagi jika mungkin kita orang sibuk. Tugas-tugas kuliah gimana, lancar? Sesuai deadline atau tidak terkejar atau gimana? Ini pertanyaan paling menohok untuk saya.
Kita bakal amat sangat rugi sendiri, dan bahkan merugikan orang lain, ketika kita menunda-nunda tugas kuliah kita. Rugi waktu, rugi kesempatan. Pakaian-pakaian selama ini dilaundry atau dicuci sendiri? Kalau dicuci sendiri, paling lama numpuk berapa hari? Sama menohoknya juga. Haha. Jujur, saya paling males kelamaan kena air, apalagi air sabun. Laundry saya juga males banget, males ngeluarin duitnya. Hehe. Tapi kalau emang ada hobi laundry gag papa, daripada baju numpuk, tidak sedap dipandang bakal bau, dan bakal kehabisan stok pakaian. Namun, ingat…apalagi buat yang cewek ini. Suatu saat nanti kita bakal menjadi Ibu Rumah Tangga di keluarga baru kita nanti. Yah, walaupun mungkin kita menjadi wanita karir, tapi tanggung jawab mengurus rumah tangga adalah fitrah kita. Sesibuk apapun, coba tetap diurus sendiri, sebagai latihan tanggung jawab dari hal paling ringan di dalam rumah. Kalau berat? Ntar lah, bisa beli mesin cuci buat ngebantu.
Piket wisma? Hayo..hobi mengalihkan, atau malah mengabaikan? Sekali lagi, ini latihan tanggung jawab. Mencintai kebersihan, dan jangan sampai mendzolimi saudaranya dengan membiarkan mereka merasa risih dengan keadaan wisma yang kotor akibat kita belum piket. Jam malam, gimana kabar? Buat saya, ini yang masih sering saya langgar. Waktu maksimal untuk akhwat Teknik adalah 21.00, tapi saya seringnya masih keluyuran sampai pukul 21.40. Jangan dicontoh ya. Kan, kita cewek, sebagai upaya menghargai diri sendiri juga, jangan keluyuran malam-malam. Biar tetep dengan cap anak cewek baik-baik. Kalau mau keluyuran malam di atas jam 21.00 boleh, asal ada mahramnya. Bisa sama keluarga gitu, misalnya. Manajemen diri, dari yang kecil, akan mempengaruhi yang besar.

2.       Hidup bersama, Sosial di Masyarakat
To the point diawali dengan pertanyaan, pernahkah kamu benar-benar merasa tidak menghormati orang yang lebih tua? Guys, kepada orang yang lebih tua, dituakan, apalagi orang tua, kita diminta untuk menjaga ihtirom. Menghormati. Sebagai bayangan saja, bayangkan jika kita berada di posisi mereka, kemudian ada seorang usianya yang lebih muda berbuat seenaknya. Gimana perasaan kita, coba?
Cara memahami sesuatu itu beberapa diantaranya memang enaknya dianalogikan dengan kita di posisi orang lain yang sedang akan kita hadapi. Lanjut ke pertanyaan selanjutnya, pernah gag mengambil alih pekerjaan orang lain? Kalau pernah, ataupun belum, sebaiknya jangan dicoba atau diulangi lagi. Tidak semua hal akan berakhir begitu saja dengan solusi mengambil alih tadi. Iya, misal dengan mengambil alih tadi, orang lain akan merasa terbantu dan di pekerjaan selanjutnya dia akan mengusahakan lebih baik. Tapi, kalau sebaliknya?
Dia bisa saja malah malas-malasan, atau boleh jadi malah timbul perasaan hati yang berujung suudzon. Dia merasa tersindir tingkat tinggi, kemudian kecewa, dan muncul dzon yang tidak enak diselanjutnya. Hati-hati. Ketika kita mau melakukannya, boleh saja. Asal, sudah dikomunikasikan terlebih dahulu ke orang-orang yang bersangkutan dan mendapat persetujuan mereka.

Yahh..itu dulu sepenggal ingatan yang saya rajut. Karena bagi saya, dua hal tersebut di atas adalah hal yang paling mendasar di keseharian kehidupan saya, di luar saya adalah seorang muslim. Selalu berusaha memperbaiki diri, karena esok masih akan terus misteri.