Saturday, May 4, 2013

Seberapa Peduli, Seikat Kata Dirajut Makna

Ingatan manusia itu ada limitnya. Kebentur apa sedikit, langsung gag ingat sama sekali, atau lupa beberapa saat. Ingatan manusia itu mudah digoyahkan dalam lisan. Maksudnya? Ya, mungkin ada seorang yang dia mempunyai ingatan yang sangat kuat misal tentang “X”, akan tetapi karena dia kemudian beralih lingkungan, bertambah pemikiran, atau bahkan hanya sekedar karena sedang badmood, ketika dicek mengenai “X”, lisannya tidak totalitas mengatakan tentang “X”, tapi boleh jadi terkontaminasi atau terpotong menjadi “Y”. Haha, hanya teori pribadi berdasar pengalaman saja. Karena mungkin hanya anak kecil di bawah 7 tahun saja yang mengatakan “X” adalah “X” yang sesuai ingatannya. Karena mereka masih polos, jujur, objektif yang sebenarnya.
Ya, sebentuk prolog di atas yang menjadi alasan saya ingin menulis ini. Walaupun mungkin “X” telah menjadi “Y”, dan terpotong-potong di tengah jalan kalimatnya, tapi apa salahnya nge-rewrite, siapa tahu nantinya akan bermanfaat. Ilmu yang dipendam untuk diri sendiri, ya kemungkinan kecil akan menjadi ilmu yang kontinu, apalagi ilmu yang dipendam untuk diri sendiri, dan dibiarkan hanya mengawang-ngawang di ingatan. Karena kata Ali bin Thalib, “Ikatlah ilmu dengan mencatatnya”. Bakal terikat, dan suatu saat insya Allah bermanfaat. Iya kan?
Hari itu, sekitar 1 bulan yang lalu, melakukan percakapan dan diskusi yang lebih mirip dengan curcol. Diantaranya:
1.       Manajemen Diri
Ditanya saya mengenai manajemen diri selama ini sehari-hari. Yah, nasib memang nasib. Saya bukanlah orang ekstrovert yang dengan mudahnya menceritakan segala sesuatu. Jadi saya butuh dipancing untuk mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya sudah menari-nari di benak saya. Agak acak ini ingatan saya. Dalam sehari, ada berapa agenda yang harus kita selesaikan? Kalau kita orang pelupa, sebaiknya memakai catatan atau reminder di hape sebagai pembantu ingatan, apalagi jika mungkin kita orang sibuk. Tugas-tugas kuliah gimana, lancar? Sesuai deadline atau tidak terkejar atau gimana? Ini pertanyaan paling menohok untuk saya.
Kita bakal amat sangat rugi sendiri, dan bahkan merugikan orang lain, ketika kita menunda-nunda tugas kuliah kita. Rugi waktu, rugi kesempatan. Pakaian-pakaian selama ini dilaundry atau dicuci sendiri? Kalau dicuci sendiri, paling lama numpuk berapa hari? Sama menohoknya juga. Haha. Jujur, saya paling males kelamaan kena air, apalagi air sabun. Laundry saya juga males banget, males ngeluarin duitnya. Hehe. Tapi kalau emang ada hobi laundry gag papa, daripada baju numpuk, tidak sedap dipandang bakal bau, dan bakal kehabisan stok pakaian. Namun, ingat…apalagi buat yang cewek ini. Suatu saat nanti kita bakal menjadi Ibu Rumah Tangga di keluarga baru kita nanti. Yah, walaupun mungkin kita menjadi wanita karir, tapi tanggung jawab mengurus rumah tangga adalah fitrah kita. Sesibuk apapun, coba tetap diurus sendiri, sebagai latihan tanggung jawab dari hal paling ringan di dalam rumah. Kalau berat? Ntar lah, bisa beli mesin cuci buat ngebantu.
Piket wisma? Hayo..hobi mengalihkan, atau malah mengabaikan? Sekali lagi, ini latihan tanggung jawab. Mencintai kebersihan, dan jangan sampai mendzolimi saudaranya dengan membiarkan mereka merasa risih dengan keadaan wisma yang kotor akibat kita belum piket. Jam malam, gimana kabar? Buat saya, ini yang masih sering saya langgar. Waktu maksimal untuk akhwat Teknik adalah 21.00, tapi saya seringnya masih keluyuran sampai pukul 21.40. Jangan dicontoh ya. Kan, kita cewek, sebagai upaya menghargai diri sendiri juga, jangan keluyuran malam-malam. Biar tetep dengan cap anak cewek baik-baik. Kalau mau keluyuran malam di atas jam 21.00 boleh, asal ada mahramnya. Bisa sama keluarga gitu, misalnya. Manajemen diri, dari yang kecil, akan mempengaruhi yang besar.

2.       Hidup bersama, Sosial di Masyarakat
To the point diawali dengan pertanyaan, pernahkah kamu benar-benar merasa tidak menghormati orang yang lebih tua? Guys, kepada orang yang lebih tua, dituakan, apalagi orang tua, kita diminta untuk menjaga ihtirom. Menghormati. Sebagai bayangan saja, bayangkan jika kita berada di posisi mereka, kemudian ada seorang usianya yang lebih muda berbuat seenaknya. Gimana perasaan kita, coba?
Cara memahami sesuatu itu beberapa diantaranya memang enaknya dianalogikan dengan kita di posisi orang lain yang sedang akan kita hadapi. Lanjut ke pertanyaan selanjutnya, pernah gag mengambil alih pekerjaan orang lain? Kalau pernah, ataupun belum, sebaiknya jangan dicoba atau diulangi lagi. Tidak semua hal akan berakhir begitu saja dengan solusi mengambil alih tadi. Iya, misal dengan mengambil alih tadi, orang lain akan merasa terbantu dan di pekerjaan selanjutnya dia akan mengusahakan lebih baik. Tapi, kalau sebaliknya?
Dia bisa saja malah malas-malasan, atau boleh jadi malah timbul perasaan hati yang berujung suudzon. Dia merasa tersindir tingkat tinggi, kemudian kecewa, dan muncul dzon yang tidak enak diselanjutnya. Hati-hati. Ketika kita mau melakukannya, boleh saja. Asal, sudah dikomunikasikan terlebih dahulu ke orang-orang yang bersangkutan dan mendapat persetujuan mereka.

Yahh..itu dulu sepenggal ingatan yang saya rajut. Karena bagi saya, dua hal tersebut di atas adalah hal yang paling mendasar di keseharian kehidupan saya, di luar saya adalah seorang muslim. Selalu berusaha memperbaiki diri, karena esok masih akan terus misteri.

No comments: