Ingatan
manusia itu ada limitnya. Kebentur apa sedikit, langsung gag ingat sama sekali,
atau lupa beberapa saat. Ingatan manusia itu mudah digoyahkan dalam lisan.
Maksudnya? Ya, mungkin ada seorang yang dia mempunyai ingatan yang sangat kuat
misal tentang “X”, akan tetapi karena dia kemudian beralih lingkungan,
bertambah pemikiran, atau bahkan hanya sekedar karena sedang badmood, ketika
dicek mengenai “X”, lisannya tidak totalitas mengatakan tentang “X”, tapi boleh
jadi terkontaminasi atau terpotong menjadi “Y”. Haha, hanya teori pribadi
berdasar pengalaman saja. Karena mungkin hanya anak kecil di bawah 7 tahun saja
yang mengatakan “X” adalah “X” yang sesuai ingatannya. Karena mereka masih
polos, jujur, objektif yang sebenarnya.
Ya, sebentuk
prolog di atas yang menjadi alasan saya ingin menulis ini. Walaupun mungkin “X”
telah menjadi “Y”, dan terpotong-potong di tengah jalan kalimatnya, tapi apa
salahnya nge-rewrite, siapa tahu nantinya akan bermanfaat. Ilmu yang dipendam
untuk diri sendiri, ya kemungkinan kecil akan menjadi ilmu yang kontinu,
apalagi ilmu yang dipendam untuk diri sendiri, dan dibiarkan hanya
mengawang-ngawang di ingatan. Karena kata Ali bin Thalib, “Ikatlah ilmu dengan
mencatatnya”. Bakal terikat, dan suatu saat insya Allah bermanfaat. Iya kan?
Hari itu,
sekitar 1 bulan yang lalu, melakukan percakapan dan diskusi yang lebih mirip
dengan curcol. Diantaranya:
1. Manajemen Diri
Ditanya saya
mengenai manajemen diri selama ini sehari-hari. Yah, nasib memang nasib. Saya
bukanlah orang ekstrovert yang dengan mudahnya menceritakan segala sesuatu.
Jadi saya butuh dipancing untuk mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya sudah
menari-nari di benak saya. Agak acak ini ingatan saya. Dalam sehari, ada berapa
agenda yang harus kita selesaikan? Kalau kita orang pelupa, sebaiknya memakai
catatan atau reminder di hape sebagai pembantu ingatan, apalagi jika mungkin
kita orang sibuk. Tugas-tugas kuliah gimana, lancar? Sesuai deadline atau tidak
terkejar atau gimana? Ini pertanyaan paling menohok untuk saya.
Kita bakal
amat sangat rugi sendiri, dan bahkan merugikan orang lain, ketika kita
menunda-nunda tugas kuliah kita. Rugi waktu, rugi kesempatan. Pakaian-pakaian
selama ini dilaundry atau dicuci sendiri? Kalau dicuci sendiri, paling lama
numpuk berapa hari? Sama menohoknya juga. Haha. Jujur, saya paling males
kelamaan kena air, apalagi air sabun. Laundry saya juga males banget, males
ngeluarin duitnya. Hehe. Tapi kalau emang ada hobi laundry gag papa, daripada
baju numpuk, tidak sedap dipandang bakal bau, dan bakal kehabisan stok pakaian.
Namun, ingat…apalagi buat yang cewek ini. Suatu saat nanti kita bakal menjadi
Ibu Rumah Tangga di keluarga baru kita nanti. Yah, walaupun mungkin kita
menjadi wanita karir, tapi tanggung jawab mengurus rumah tangga adalah fitrah
kita. Sesibuk apapun, coba tetap diurus sendiri, sebagai latihan tanggung jawab
dari hal paling ringan di dalam rumah. Kalau berat? Ntar lah, bisa beli mesin
cuci buat ngebantu.
Piket wisma?
Hayo..hobi mengalihkan, atau malah mengabaikan? Sekali lagi, ini latihan
tanggung jawab. Mencintai kebersihan, dan jangan sampai mendzolimi saudaranya
dengan membiarkan mereka merasa risih dengan keadaan wisma yang kotor akibat
kita belum piket. Jam malam, gimana kabar? Buat saya, ini yang masih sering
saya langgar. Waktu maksimal untuk akhwat Teknik adalah 21.00, tapi saya
seringnya masih keluyuran sampai pukul 21.40. Jangan dicontoh ya. Kan, kita
cewek, sebagai upaya menghargai diri sendiri juga, jangan keluyuran
malam-malam. Biar tetep dengan cap anak cewek baik-baik. Kalau mau keluyuran
malam di atas jam 21.00 boleh, asal ada mahramnya. Bisa sama keluarga gitu,
misalnya. Manajemen diri, dari yang kecil, akan mempengaruhi yang besar.
2. Hidup bersama,
Sosial di Masyarakat
To the point
diawali dengan pertanyaan, pernahkah kamu benar-benar merasa tidak menghormati
orang yang lebih tua? Guys, kepada orang yang lebih tua, dituakan, apalagi
orang tua, kita diminta untuk menjaga ihtirom. Menghormati. Sebagai bayangan
saja, bayangkan jika kita berada di posisi mereka, kemudian ada seorang usianya
yang lebih muda berbuat seenaknya. Gimana perasaan kita, coba?
Cara memahami sesuatu itu beberapa
diantaranya memang enaknya dianalogikan dengan kita di posisi orang lain yang
sedang akan kita hadapi. Lanjut ke pertanyaan selanjutnya, pernah gag mengambil
alih pekerjaan orang lain? Kalau pernah, ataupun belum, sebaiknya jangan dicoba
atau diulangi lagi. Tidak semua hal akan berakhir begitu saja dengan solusi
mengambil alih tadi. Iya, misal dengan mengambil alih tadi, orang lain akan
merasa terbantu dan di pekerjaan selanjutnya dia akan mengusahakan lebih baik.
Tapi, kalau sebaliknya?
Dia bisa saja
malah malas-malasan, atau boleh jadi malah timbul perasaan hati yang berujung
suudzon. Dia merasa tersindir tingkat tinggi, kemudian kecewa, dan muncul dzon
yang tidak enak diselanjutnya. Hati-hati. Ketika kita mau melakukannya, boleh
saja. Asal, sudah dikomunikasikan terlebih dahulu ke orang-orang yang
bersangkutan dan mendapat persetujuan mereka.
Yahh..itu dulu
sepenggal ingatan yang saya rajut. Karena bagi saya, dua hal tersebut di atas
adalah hal yang paling mendasar di keseharian kehidupan saya, di luar saya
adalah seorang muslim. Selalu berusaha memperbaiki diri, karena esok masih akan
terus misteri.
No comments:
Post a Comment