Thursday, November 7, 2013

Mengerti untuk Memahami

Kembali gagal memahami orang.
Untuk kesekian kalinya.
Capek perasaan ternyata lebih capek daripada capek fisik.
Capek fisik belum tentu berefek perasaan, tapi sebaliknya, capek perasaan mempunyai kemungkinan besar capek fisik.
Merasa sangat bersalah, tapi di sisi lain, saya orang yang tidak mudah mengatakan ‘maaf’.
Berusaha menghindar dari ‘api’, itu yang lebih saya sukai.
Mengakhiri sakit perasaan dengan senyum, atau sekedar diam.
Karena saya paham diri saya. Saya orang melankolis yang tidak mudah melupakan suatu sakit.
Saya juga orang yang mudah meledak dengan kata-kata jika sudah tidak sepaham.
Parahnya lagi, saya tipe orang sarkastis dalam memberi komentar, dan sering salah memilih kata-kata untuk diucapkan.
Bahkan saya juga bisa dengan mudahnya kabur ke suatu tempat yang akhirnya bisa menenangkan saya walaupun cuma sebentar.
Tapi saya paham posisi saya sekarang ini. Bukan lagi orang yang bisa selfish, memutuskan segala sesuatu yang saya kehendaki saja.
Ada orang-orang yang akan merasakan efeknya. Ada orang-orang yang memandangi tingkah laku saya.
Ada orang-orang yang harusnya saya jaga, saya bimbing.
Bukan hal yang mudah, bahkan sangat sulit bagi saya.
Saya tidak suka menjelaskan sesuatu panjang lebar. Saya rasa berkata ‘iya’ dan berkata ‘tidak’ itu sudah cukup. Tapi kemudian saya baru menyadari. Mereka butuh penjelasan, yang halus dan face to face.
But how?
I’m too selfish. Saya pun tipe orang yang tidak bisa mengobrol atau berdiskusi, bahkan sekedar memberi nasehat secara langsung face to face. Ketika ada posisi orang lain yang sudah melakukan, maka saya adalah orang yang secara otomatis memilih diam, walaupun saya punya wewenang.
Saya rasa sekali sudah cukup, tidak perlu saya perpanjang.
Bahkan saya sudah berusaha mengesampingkan sakit saya, permasalahan saya. Namun saya juga sadar, saya bukan orang yang mudah fokus, pikiran saya gampang dibuat mengambang oleh suatu permasalahan. Yang kemudian berefek menjadi blank di kondisi yang lain, yang sebenarnya tidak ada hubungannya.
Tapi, saya kembali mengamati. I’ve got it wrong.
Menjadi melankolis, salah. Kemudian saya belajar menjadi plegmatis, malah merusak semuanya.
Masih berusaha mencari solusi.
Haruskah saya mundur, menyerah saja?

Kemudian dapat jawaban, baca status fb seorang teman
...:

In life, dont expect anything from anyone.
Because expectation, when not fulfilled, gives you pain.
When you get something without expecting it,
It gives you pleasure.
Keep doing your part
And leave the rest to God.

No comments: