Sunday, October 30, 2016

Belajar Yuk, Muslimah! (1)

Mau share dari kajian Wisata Muslimah setiap pagi di Masjid Kampus Undip. Kebetulan akhir-akhir ini materinya sesuatu yang sering dijumpai dalam keseharian dengan mudahnya. Misalnya saja tentang pola hidup sehat seorang wanita muslimah. Nah, tidak hanya ruhiyah saja yang perlu menjadi perhatian kita. Tapi juga secara kesehatan fisik. Karena, bagaimana kita bisa banyak bergerak untuk beramal, kalau kita tubuhnya lemah, apalagi sakit-sakitan? Qowiyyul jism makanya turut pula mengiringi hidup syumulnya setiap muslim nih. Amalan harian iya jalan, olahraga untuk kebugaran dan kesehatan tubuh juga!
      Yang belum lama lalu juga ada tentang pemilihan makanan halalan thoyyiban. Halal dan baik. Apa yang dimakan oleh kita, nantinya sari-sarinya akan dibawa darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian sebagiannya menjadi energi, sebagiannya menjadi daging untuk tubuh kita bertumbuh. Tentu ngeri dongs kalau makanan yang kita makan ternyata tidak halal? Alias masih penuh syubhat atau malah-malah haram. Bayangkan makanan itu mengalir ke seluruh badan kita, menjadi penggerak fisik kita? Penggerak pikiran kita? Penuh dengan haram, naudzubillah..ngebayanginnya aja ngeri. So, kita diajari pelan-pelan belajar untuk menjaga apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Bisa jadi kita berikhtiar awal dengan cara mengecek label halal MUI dari setiap makanan kemasan yang masuk dalam tubuh kita. Mulai dari yang sederhana deh.


      The newest, pekan ini. Yang ngisi ibu-ibu ahli psikologi kejiwaan. Beliau sudah biasa menangani pasien jiwa, nah kali ini memangani mahasiswa yang kayaknya rentan sakit jiwa deh. Sakit jiwa macam sakit hati, baperan, mutungan, stress tugas...haha. Tapi saat sesi tanya jawab ternyata banyak pertanyaan yang memang spesifik ke hal kejiwaan. Macam karakter yang mudah emosional, sampai dengan trauma masa lalu. Jadi, isi kajiannya:

Yang mempengaruhi emosi itu ada 3 hal:
a. Faktor Biologis.
    *Genetik----------orang tua pernah menderita depresi.
    *Neotransmitter---hormon serotonin. Serotonin naik, gampang marah. Serotonini turun, gampang depresi.
    *Kecelakaan------pernah kecelakaan.
b. Faktor Psikologis.
     Perkembangan usia dini, apakah ada trauma di masa lampau, pola asuh orang tua.
c. Faktor Sosio-Kultural.
    *Kondisi spiritual diri dan family support.
    *Keadaan ekonomi diri/ keluarga.


Belum kelaar..ini. Tunggu postingan selanjutnya ya, bagaimana cara memanajemen emosi diri (:

Tuesday, October 25, 2016

Yuk, Menabung!

Masih ingat lagu jaman kecil anak 90-an dulu?
Kalau nggak salah...

Bang bing bung yok..kita nabung!
Bang bing bung yok..kita nabung!
Bang bing bung yok..jangan dihitung,
Tau-tau kita nanti dapat untung!

Yeay..emang bahagianya anak jaman 90-an, banyak lagu yang memang cocok buat anak usianya. Nggak kayak jaman sekarang..miris. Tapi bukan itu highlight-nya sih. Yang namanya menabung, kita merelakan sesuatu untuk saat itu, untuk nanti diambil untungnya kemudian hari. Apalagi menabung kebaikan, pasti kelak suatu saat akan tergandakan jadi amalan yang lebih banyak, in sya Allah
Yak, kembali pada topik me-na-bung. Jadi, sudah lebih dari satu bulan ini Allah kasih keluarga baru, dengan ukhuwah yang hangat pula. Keluarga Relawan Nusantara Semarang. Tapi posisi aku dan beberapa kawan yang lain, masih sebagai calon relawan. Nah, karena itu kami melalui beberapa tahap. Salah satunya OJT dengan salah satu programnya Menabung (Menebar Nasi Bungkus).

Menebar Nasi Bungkus

Program ini awalnya diinisiasi oleh kawan-kawan Relawan Nusantara Semarang. Namun akhirnya sekarang menjadi program nasional Relawan Nusantara di semua daerah di Indonesia. Hari wajibnya adalah setiap Jumat ba'da shubuh. Untuk Semarang juga dilakukan di Sabtu dan Ahad malam. Program Menabung ini yang menjadi sasaran adalah para pemulung, tunawisma, tukang becak atau sopir yang sudah nampak sepuh, pengemis, dan penyapu jalanan. Biasanya kami punya titik kumpul, kemudian berbagi spot-spot pembagian menabung.
Ada bermacam rasa dan cerita pastinya yang berbeda setiap hari. Banyak yang tertangkap mata dan telinga kami. Dari mulai ruhul istijabah dan bersabar saat mengumpulkan pasukan menabung, belum lagi bersahabat dengan dingin malam dan juga gerimis hujan. Bahkan pernah qadarullah bensin habis di tengah jalan saat menabung, jadi harus menuntun beberapa kilometer untuk mencari bensin malam-malam sambil tengok kanan kiri siapa tahu ada tuna wisma atau siapapun yang membutuhkan pengganjal perut malam itu. Syukurlah partner menabung malam itu, Mbak Amalia bercanda, "Nggak papa. Udah lama aku nggak jalan-jalan malam kok, apalagi malam minggu gini. Hehe".
Ada juga antara sedih dan bersyukur. Masih ada ya, yang hanya sekedar makan malam saja kesusahan untuk memperolehnya. Padahal lebih seringnya di kosan anak-anak pada bingungnya, malam ini enaknya makan apa ya? Makan dimana ya? Belum lagi yang hobi malam mingguannya nongkrong di kafe, mengeluarkann beribu-ribu rupiah hanya untuk sekedar apalah. Bersyukur kita ada tempat tidur hangat, bersih, berselimut. Makan juga alhamdulillah tercukupi. Hmm..
Ini jugalah salah satu alasan aku mendaftar jadi calon relawan nusantara. Satu hal saja. Aku ingin melunakkan hati. Entah dari saat menjadi perantara berbagi, atau saat mendengar cerita kawan-kawan baru yang semangatnya luar biasa, dan banyak lagi. Karena sesungguhnya hati ini pun punya kecenderungan menjadi keras. Jadi teruslah berdzikir, bersyukur, dan melangkahkan diri di setiap kesempatan kebaikan untuk terus melunakkan hati ini. Jazakumullah khoir kawan-kawan relawan! Tetap semangat, bahagiakan ummat!


Foto Waktu Orientasi Relawan

Habis Diklat 2 Penanganan Kegawat Daruratan
Ada yang ikut Program Cek Kesehatan SD Juara Semarang

Menebar Nasi Bungkus

Saturday, October 22, 2016

Kebetulan yang Nggak Pernah Kebetulan

Can we call it destiny?
Nggak sengaja beberapa hari lalu kepoin instagram temen. Tepatnya temen deket aku jaman TK.
Temen yang selalu aku jagain, walaupun sering juga aku galak sama dia. Tapi kalau ada yang mau ngusilin dia, aku yang terdepan buat ngebelain. Kalau dibawakan bekal ibu aku pun, dia yang pertama aku inget untuk berbagi bekal itu.
Iya, jaman dari TK sampai kelas 4 SD aku terkenal jadi anak yang lumayan bandel, hobi berkelahi, susah diatur deh. Sering juga bikin temen nangis karena isengnya keterlaluan. Ckck..tapi itu dulu kok. Sekarang sudah insyaf, alhamdulillah~
Nah, karena itu semua temen aku jadi takut sama aku, dan selalu 'mengalah'. Hingga kebetulan ada anak baru masuk di tengah tahun kami mau naik TK besar. Nggak tau kena pelet atau apa, tapi sayang banget sama itu anak. Tapi teteeepp..dengan sedikit galak. Bahkan sampai kelas berapa SD...lupa, aku masih sering isengin dia. Dia tipe yang gampang dibully menurut aku. Haha. Baru kemudian SMP, kami benar-benar lost contact.
Memang masih satu sekolah, tapi beda kelas. Beda temen main, jadi akhirnya kalau nggak sengaja papasan pun jadi rada canggung buat sekedar say hello :(
Hingga...beberapa hari lalu nggak sengaja inget nama temen TK aku itu. Daaannn..I got goseebumps! Ada salah satu foto di instagram dia yang nampak begitu familier di mata aku. Mungkin bagi orang yang biasa lewat sana, itu biasa aja. Tapi kebertepatannya, itu foto salah satu yang memorable buat aku. Foto yang diambil pas beberapa waktu lalu keluar kota berempat sama temen kuliah. Di spot yang sama, agak beda anglenya, timingnya nyaris sama di waktu senja jelang malam. Bedanya dia ambil foto tsb 2 tahun yang lalu, dan aku ambilnya baru sekitar 2 bulanan yang lalu, dan kualitas kameranya. Haha
Why so special? Karena aku baru pertama kali kemaren banget buka instagram diaaa, terus lihat foto itu :"


Ini foto di IG temen aku

Ini foto dari kamera hape aku